Senin, 27 Juni 2011

casy study


Case Study

1. Crane Bolt Failure

Ø  Latar belakang

1.      Beban sebesar 16200 Lbs pada bold 1

2.      Satu dari 2 bolt patah

3.      Bolt digunakan pada crane untuk memindahkan anode ke mesin

4.      Tempat patahan tepat diatas mur

5.      Penggunaan dengan cycle 600 kali dalam satu hari, 7 hari dalam satu minggu

6.      Bolt yang direkomendasikan standard SAE 9 grade 5



Ø  Menurut gambar permukaan patahan

1.      menurut gambar, crack yang sudah timbul terkena beban secara terus menerus, dan mengakibatkan fatuque load dan mengalami patah

2.      lokasi patahan bukan ada pada tempat yang mengalami konsentrasi stress tinggi









Ø  Dilihat dengan SEM




1.      Material yang baru dan yang patah berbeda secara struktur mikro.

2.      Yang baru terlebih dahulu mengalami proses heatreatment, dan yang lama dan yang lama tidak mengalami proses heatreetment terlebih dahulu

Ø  Dilihat Dari Kandungan kimia





1.      Baut yang patah memiliki kadar karbon dibawah standard SAE grade 5

2.      Dari hasil uji tarik, dapat kita ketahui baut yang  patah tidak mendapatkan perlakuan panas (heatreatment)



Ø  Kesimpulan

Pemakaian
Patah dengan mode fatique

Heat treatment
Tidak dilakukan

Thread Roll
ok

Raw matrial
SAE grade  5
 



                                                                                                 



1.      Baut patah karena tidak memiliki kekuatan yang sesuai dengan standard SAE grade 5

2.      Kemungkinan pengaturan material tidak benar,, box  material tertukar antara material yang sudah di heatreatment dan yang belum.






2. Rider Roller Shaft Failure

Ø Identifikasi

1.      Didesain untuk bergerak beotasi

2.      Pada Usia 3 bulan  terlihat retakan pada pusat retakan

3.      Pada saat terlihat retakan, dilakukan repair dengan cara welding di daerah yang crack.

4.      Proses welding menghasilkan roundness keluar dari toleransi sebesar 0.140”

5.      Upaya penghilangan roundness dilakukan dengan cara mendefleksikan material dan proses machining.

6.      Pada 11 apri 98 atau 9 hari setelah pengelasan  saft patah pada posisi key way saat beroprasi dengn kecepatan roll 630 Rpm



Ø  Permukaan patahan




1.      Pada gambar 2.1 menunjukan areal terjadinya patahan

2.      Pada gambar 2.2 menunjukan adanya beach marks sehingga patahan merupakan patah akibat fatique

3.      Pada gambar 2.3 terlihat Kampuh las melebihi toleransi

4.      Low nominal stress..













Ø  Kandungan kimia





1.      Sudah sesuai standard AISI SAE 1019

2.      Semakin ke dalam. Kandungan kimia semakin berkurang



Ø  Pengamatan dengan SEM




1.      Pada gambar 2.4 menunjukan tidak adanya heatreatment

2.      Pa gambar 2.5 merupakan daerah welding, terlihat sudah pernah mengalami perlakuan panas

3.      Pada gambar 2.7 terlihat antara permukaan lasan dan material. Terdapat keropos pada lasan.

4.      Gambar 2.8 menunjukan adanya kreck pada permukaan..



Ø  Kesimpulan

Hidrolik jack
Adanya high stress pada areal welding

korosi

Saft patah

Welding
Ada inklusi

Bahan material
AISI SAE 1019
 















1.      Adanya inklusi dari proses pengelasan, pengelasan tidak tepat, masih terjadi kropos.

2.      Adanya hidrolik jack yang mengakibatkan  defleksi pada weld sehingga menjadikan awal dari Crack

3.      Penyebab awalnya Crack adalah karena material tidak sesuai..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar